Thursday 16 October 2014

My Wedding: Photos and Videos

Memilih file foto yang masih mentah yang jumlahnya lebih dari 1000 itu sesuatu banget yah.. Aku puas dengan hasil foto Lamaha Studio hampir secara keseluruhan, tapi kurang puas dengan hasil videonya. Saat mengambil rekaman tamu yang bersalaman, angle menaruh tripodnya sangat tidak bagus sehingga tidak semua keluarga yang duduk di di pelaminan, terekam. Sayang. Biarpun tujuan utamanya adalah sang pengantin namun apa salahnya kalau semua anggota keluarga ikut terekam. Apalagi hanya 3 pasang kanan-kiri, menurut saya untuk pernikahan batak itu jumlah yang sedikit. Untuk foto, angle pengambilan gambar bagus dan hampir semua moment tidak terlewatkan (itu yang paling penting). Bila ada yang kurang, sang juru foto dari Lamaha Studio pun langsung inisiatif memberi ide. 

Kalau vendor foto Manten Studio hasil fotonya bagus dan jernih, namung aku kurang puas dengan hasilnya. Banyak moment yang terlewat dan cara pengambilan gambarnya terkesan kurang profesional dibanding yang Lamaha Studio itu. Contohnya saat barisan pendamping pengantin berjalan menuju pelaminan, hasil foto tidak dapat mengcapture semua orang yang ada dalam barisan tersebut. Mungkin seperti mengambil dari atas atau bagaimana. Jadi mungkin saat itu juru foto tidak dapat angle yang tepat saat momen itu berlangsung. Setiap momen itu kan bergerak cepat, apalagi saat acara pernikahan, momen sekali seumur hidup. Jadi sayang banget kebangetan kalau ada sedikit momen saja yang terlewat. Dan juga saat mengambil gambar dekorasi ketika pengantin di make up. Kalau menurut saya tidak terlalu banyak bagian yang diambil.

Kalau dibandingkan harga Lamaha Studio dengan Manten Studio itu cukup jauh bedanya. Apalagi Lamaha Studio iti berkerja 12 jam, dari mulai pengantin saat di make up (subuh) sampai acara paulak une dalam adat Batak (sekitar jam 5 - 6 sore). Kalau Manten Studio bekerja sekitar 4 jam, mulai dari sebelum jam 8 hingga sekitar jam 1 siang (standar pernikahan nasional di gedung). Jadi beda waktu bekerjanya pun jauh. Kadang kita ga bisa menjamin juru foto dari vendor mahal dan terkenal pun, hasilnya bisa ga terlalu bagus bahkan mengecewakan. Terlebih lagi kalau kita merasa harga yang dibayar cukup bear alias mahal, tapi hasil yang didapat ga sesuai harga. Ada pepatah, ada harga ada kualitas. Kalau murah, wajar hasil ga terlalu memuaskan. Kalau mahal??? Kalau menurut aku itu tergantung profesionalitas juru foto itu sendiri dan keadaan fisik saat dia bekerja. Kalau dalam suatu vendor mahal dan tetkenal namun juru foto andalannya sedang berhalangan (terkadang vendor bisa mengambil acara lebih dari 4 acara salma satu hari), bisa jadi vendor foto itu mengambil juru foto lain yang mungkin tidak seahli juru foto andalannya. 

Tapi yang sudah terjadi, ya sudah terjadi. Mau diapakan lagi? Overall menurut saya sudah bagus, biarpun tidak sangat memuaskan tpo kekecewaan itu tidak terlalu besar. Yang penting acara pernikahan itu berjalan lancar dan yang paling penting, sahhh. Apapun yang terjadi dalam sebuah acara pernikahan, terutama pestanya, tidak akan mempengaruhi keabsahan janji pernikahan dan kebahagian pasangan baru tersebut, ya kan? Intinya saya bersyukur bahwa kami telah berjanji di depan Tuhan dan apakah kita dpaat memegang janji tersebut, itu yang terpenting dalam sebuah pernikahan. 

Semoga Tuhan selalu memberkati keluarga baru saya. Amin.

Thursday 2 October 2014

Wedding Preparation: The e-invitations

Hari: Selasa, 5 Agustus 2014
Foto: HeloPhoto, Dita & Herman
Edit dan Retouch: Dita & Dian
Lokasi: Museum Transportasi TMII
Kostum: Pribadi
Tema: Vintage

Ini e-invitation aku yang dibuat dalam waktu yang singkat. Prewed dengan low budget, tapi penuh makna. Diedit dalam beberapa menit saja, dan dikirim ke benerapa list undangan dalam 2 hari. Pose yang ada disinipun seingat aku natural, karena kita memang sedang becanda. Saat foto ini diambil, Frans sedang berniat utuk menggendong aku turun dari kereta api. Karena cukup keberatan, makanya susah, mau jatoh jadi ketawa-ketawa deh..