Thursday 16 January 2020

Mama Back to Work!

Memang saya sudah merencanakan kalau saya ingin mengurus anak saya sendiri selama 1 tahun atau 2 tahun. Ditahun pertama Caca, akhirnya saya memutuskan untuk melamar pekerjaaan kembali. Bagi saya bekerja sebagai seorang wanita bukanlah wajib, tapi perlu. Mengapa? Saya adalah anak yang disekolahkan ayah ibu saya sampai pergiruan tinggi, bukan hanya supaya berguna untuk keluarga namun untuk lingkungan yang lebih besar. Lagipula saya senang mengajar. Hanya mengajar anak di rumah terkadang membosankan. Saya senang mengajar anak lebih banyak (sebuah kelas yang cukup besar). Memang keberuntungan saya atau memang Tuhan mengizinkan saya untuk kembali pekerja. Suatu hari saya melamar pekerjaan sebagai guru, sehati kemudian saya dipanggil untuk interview. Seminggu kemudian saya sudah tanda tangan kontrak kerja. Saat itu juga saya kelimpungan.. 3 hari lagi saya sudah masuk kerja dan saya belum mendapatkan pengasuh untuk anak saya. Mencari pengasuh yang cocok dan baik tidak mudah bukan? Akhirnya hari itu juga saya mencari daycare sekitar tempat saya bekerja, dan akhirnya saya langusng hai itu juga saya mendaftarkan anak saya di daycare tersebut. Daycare tersebut sedang discount 20% untuk biaya pendaftaran (lucky me!). Lalu di hari Senin pertama saya masuk kerja, anak saya titipkan di daycare. Karena hari pertama, dan pertama kali pula Caca pisah 2 jam lebih dengan saya, saya minta suami saya utnuk pantau Caca 2-3 jam di daycare. Untuk menceritakan pula bagaimana Caca di daycare. Saya tidak menyimpan susu perah karena memang sebagai full time mom, saya jarang sekali memerah susu. Anak saya langsung menyusu dada saya. Semalam sebelumnya saya memrah susu tapi entah kenapa saya cuma 50ml padahal saya meyakini ASIP saya itu banyakkk. Mungkin karena suasan ahati yang tidak menentu, hari pertama meninggalkan anak dengan orang asing dan hari pertama di lingkungan kerja baru. It's not an easy situation, though. Mungkin itu yang membuat produksi  ASI saya lumayan drop. Saya berusaha tenang. Berkali-kali saya mengucapkan dalm hati: Everything will be OK. God bless us.. Berkali-kali!!! Memang benar, jangan pernah meremehkan working mom. Memang dia tidak kelelahan atau kerepotan mengurus anaknya 24 jam full. Tapi dia akan berdoa lebih kuattt untuk penjagaan anaknya.. Apalagi anak yang dititipkan di orang asing.

Mendengar cerita dari suster Caca dimana Caca teriak minta nenen sepanjang siang, sayapun jadi sedih. Karena sudah terbiasa tidur di dada ibunya, ini merupakan perubahan dan tantangan yang cukup besar untuk Caca. 3 hari Caca menangis seharian di daycare (menurut cerita susternya), cukup seminggu beradaptasi dengan lingkungan baru. Tapi guru di daycare, Caca termasuk cepat beradaptasi. Ada anak yang berminggu-minggu menangis terus mencari mamanya. Puji Tuhan, everything's going well.

Setiap hari, guru Caca mengirim dokumentasi kelas by wa. Bagi yang mau melihat silahkan buka post Kegiatan Caca di DayCare.










Wednesday 9 December 2015

Semua Ibu Pasti Bisa Menyusui

SEMUA IBU PASTI BISA MENYUSUI (dr. Utami Roesli, SpA, MBA.)

SEMUA IBU PASTI BISA MENYUSUI
H ambatan muncul karena masih banyak fakta lain seputar ASI yang belum dipahami atau justru malah dilupakan. Berikut penjabaran Ketua Sentra Laktasi Indonesia, dr. Utami Roesli, SpA, MBA.

* Semua ibu bisa menyusui

Penelitian seorang dokter dari Swedia membuktikan bahwa begitu lahir, bayi yang ditaruh di perut ibunya dalam 50 menit akan bergerak ke arah payudara lalu mengisap puting susu dengan benar. Sebaliknya, dari kelompok bayi yang segera dimandikan setelah dilahirkan, baru kemudian dikembalikan kepada ibunya ternyata 50 %-nya tidak bisa mengisap dengan benar walaupun sudah didekatkan ke payudara. Lebih menyedihkan lagi, kelompok bayi yang dimandikan dulu dan ibunya menjalani medicated labour (proses melahirkan yang disertai obat-obatan) tak satu pun dapat menyusu dengan benar.

Jadi tanpa disadari dunia medis pun sebenarnya sudah melakukan intervensi sejak dini terhadap hubungan bayi dengan ASI. Buktinya, hampir semua rumah sakit dan klinik tempat bersalin akan memandikan bayi begitu dilahirkan, sebelum diberikan kepada ibunya. Jamak saja bila ibu yang baru pertama kali hendak menyusui akan bingung menghadapi bayinya yang juga bingung. Jika pengetahuan ibu tentang ASI tidak mendalam, maka ia akan cepat sekali menyerah, bahkan berkesimpulan tidak dapat memberi ASI.

* ASI terhambat oleh stres

Nah, kalaupun ASI sampai tidak keluar umumnya hambatan yang terjadi berkaitan dengan faktor emosional ibu. Perlu diketahui, untuk bisa mengalirkan ASI, ibu membutuhkan refleks yang disebut let down reflex. Refleks ini sangat dipengaruhi kondisi emosi ibu. Walaupun produksi susunya bagus, tapi kalau refleks itu tak bisa dilepaskan, maka susu tidak akan dialirkan dari pabrik susu (Alveoli) ke gudang susu (Sinus Lacteferous). Agar kondisi emosi ini baik, ibu yang hendak menyusui harus tenang dan selalu berpikir positif.

* ASI Umumnya tidak akan kurang

ASI tidak mungkin kurang karena produksi ASI sebenarnya disesuaikan dengan permintaan bayi (demand and supply). Rangsangan produksi ASI adalah pengosongan gudang susu. Di bawah areola ibu terdapat 2 buah jaringan, yang satu "pabrik" susu dan yang kedua sebut saja sebagai "gudang" susu. "Pabrik" akan terangsang untuk memproduksi susu kalau susu di "gudang" sudah habis." Misalnya, bayi menghabiskan 50 cc susu di "gudang", maka "pabrik" akan memproduksi lagi 50 cc. Begitu seterusnya.

Kalau sampai bayi kekurangan ASI biang keladinya tak lain cara menyusu yang salah. Jadi, jika bayi harusnya memperoleh ASI sebanyak 100 cc, tapi karena cara menyusunya salah, maka yang didapat cuma 50 cc. Akibatnya "pabrik" pun cuma memasok 50 cc. Faktor lain yang membuat bayi kekurangan ASI adalah intervensi ibu dengan memberinya susu formula.

* Puting susu yang datar tetap bisa menyusui

Seringkali, puting susu yang datar/mendelep dianggap menghambat proses menyusui. Pendapat ini timbul karena banyak ibu menyamakan puting susunya dengan dot, lalu digunakanlah pemanjang puting.

Namun, menurut Utami, pemanjang puting tidak akan banyak berguna. Dalam proses menyusui, sebenarnya yang menjadi dot bukan hanya puting susu, tapi keseluruhan areola (bagian kecokelatan pada payudara). Puting susu sendiri hanya 1/3-nya. Jadi kalaupun puting susunya datar atau mendelep ia masih bisa menyusui karena masih ada 2/3 bagian lainnya. Lagi pula, setelah diisap bayi, puting susu yang datar biasanya akan menonjol keluar. Memang, ada puting yang benar-benar masuk dan terikat jaringan di dalamnya sehingga lubang susunya terbalik. Puting susu seperti ini jelas sulit diisap. Namun persentasenya hanya sekitar 1-2%.

* Payudara merupakan sumber makanan yang tidak henti-hentinya.

Jika payudara "dikelola" dengan benar, maka produksinya tidak akan berhenti. Cara pengelolaannya tak terlalu sulit, yaitu dengan selalu mengeluarkan ASI walau tidak diisap bayi. Jadi, bila karena suatu hal bayi tidak dapat menyusu, misalnya lahir prematur, sakit atau ibu bekerja, ASI harus dikeluarkan dengan cara dipompa atau diperah. Proses ini tidak akan membuat ASI habis, kecuali bila cara memompanya salah.

Salah pompa sama kasusnya dengan posisi menyusui yang salah. Akibatnya ASI sama-sama tidak keluar atau hanya keluar sedikit. Jangan lupa, produksi ASI berlangsung dengan mekanisme demand and supply atau ada permintaan maka ada pasokan. Kalau ASI hanya dikeluarkan 10 cc karena cara pompa yang salah, maka supply-nya pun tak beranjak dari jumlah itu. Inilah yang membuat banyak ibu menyangka ASI-nya habis akibat dipompa.

* Tak perlu selalu memberi 2 sisi payudara setiap menyusui

Memang tak ada salahnya untuk menawarkan sisi payudara yang belum diisap kepada bayi, dengan catatan jika ia menolak tak perlu dipaksa. Prinsipnya, biarkan bayi yang menentukan berapa lama ia menyusu. Kekhawatiran bahwa menyusu yang cuma sebentar tidak akan memenuhi kebutuhannya ternyata tidak beralasan.

Dalam menyusui, pada isapan pertama bayi akan mendapat foremilk. Pada isapan kedua, ia akan mendapatkan susu yang disebut hindmilk. Komposisi keduanya sangat berbeda. Foremilk lebih banyak mengandung air dan protein, sedangkan hindmilk banyak mengandung lemak dan karbohidrat yang berarti lebih kental.

Memang, pada isapan pertama, bayi lebih banyak mendapat susu yang banyak mengandung air. Namun, kalau ia hanya sebentar saja menyusu, tak perlu kita khawatir bahwa kebutuhannya tak terpenuhi. Bisa saja, kan, bayi hanya haus dan tidak lapar? Bukankah yang tahu lapar atau haus hanya ia sendiri? Jadi biarkan bayi yang memutuskan berapa lama ia menyusu. Jika haus ia akan menyedot sebentar, tapi kalau memang lapar ia akan menyusu sampai mendapatkan hindmilk.

* Pompa bisa bikin ASI terkontaminasi

Pompa berbentuk squeeze and bulb yang terbuat dari karet dan berbentuk bola tidak disarankan untuk digunakan karena mempunyai beberapa kekurangan: (1) Kurang steril karena bulb-nya sulit dibersihkan. Dengan demikian, ASI yang dipompa pun akan lebih mudah tercemar. (2) Bulb yang terbuat dari karet akan menyulitkan pengukuran tekanan negatif yang diperlukan. (3) Bentuknya yang kaku dapat membuat payudara lecet. Malahan, cara menekan payudara yang tidak benar bisa merusak jaringannya, sehingga ASI tidak banyak keluar.

Pompa piston (dengan tuas piston yang dapat ditarik dan berbentuk seperti suntikan) ataupun pompa elektrik lebih disarankan. Namun, yang paling baik, karena murah dan higienis, adalah memerah dengan jari. Cara ini lebih praktis karena ibu tidak perlu membawa pompa ASI kemana-mana.

* ASI perah bisa tahan sampai 3 bulan

ASI yang sudah diperah tidak mudah basi. Di udara terbuka saja ASI perah bisa tahan 6-8 jam. Bahkan bisa bertahan sampai 3 bulan jika disimpan dalam freezer. Namun, cara penyimpanan di freezer tidak terlalu disarankan karena ASI akan mengalami perubahan jumlah imunoglobulin. Suhu yang dingin akan merusak molekul protein yang berfungsi sebagai pembangun daya tahan tubuh itu.

Lebih baik, masukkan ASI ke dalam termos atau lemari pendingin biasa karena terbukti ASI perah tidak mengalami perubahan komposisi gizi sama sekali. Hanya mungkin warna dan bentuknya saja yang berubah. ASI dalam termos yang diberi es batu kira-kira tahan 1x24 jam, sedangkan di lemari es bisa tahan 2x24 jam.

* ASI yang sudah "habis" bisa dirangsang kembali

Teknik ini disebut relaktasi. Seorang ibu yang sudah berhenti menyusui, secara teoritis bisa memberikan ASI eksklusif lagi apabila payudaranya dirangsang kembali. Caranya adalah dengan mengonsumsi obat-obatan yang mengandung oksitosin untuk merangsang produksi ASI plus penggunaan alat bantu.

Alat bantu ini bisa berupa lactation aid yang terdiri atas botol plastik yang diisi ASI donor atau susu formula. Botol plastik tersebut akan ditaruh dengan mulut terbalik. Dari ujung tutup botol dialiri 2 buah selang kecil yang ditempelkan di kedua puting susu. Sehingga ketika bayi mengisap payudara, ia akan mendapat asupan susu dari botol. Isapan yang diterima payudara sambil si bayi menyusu dari slang akan merangsang produksi ASI.

Bahaya Air Putih Bagi Bayi 0-6 Bulan

Selain ASi, banyak orangtua memberikan air putih kepada si kecil yang masih berusia 0-6 bulan. Entah seusai menyusui maupun di waktu-waktu lainnya. Padahal, kebiasaan itu sangat keliru karena berisiko menyebabkan berbagai dampak kesehatan. Berikut 4 bahaya bila bayi diberi air putih menurut penjelasan Dr. Utami Roesli, Sp.A., MBA., CIML, IBCLC, dari Sentra Laktasi Indonesia:

Infeksi bakteri
Pemberian air putih pada bayi 0--6 bulan berisiko membuat bayi terinfeksi bakteri jika air yang dipakai tercemar. Utami sendiri pernah mempunyai pengalaman, pasiennya yang berusia sekitar 1 bulan, ibunya melaporkan jika bayinya sering buang air besar hingga belasan bahkan puluhan kali dalam sehari. Ibunya mengira anaknya mencret karena penyakit, sehingga yang tadinya diberi ASI, kemudian diberikan juga air putih dan susu formula. Hasilnya bayi yang tadinya mencret normal justru pencernaannya terinfeksi bakteri.

Hal ini diketahui dari feses bayi yang mengandung darah. Kemungkinan besar, infeksi itu muncul karena asupan air putih yang diberikan ibunya. Apalagi jika perlengkapan minumnya tidak higienis, juga cara memasaknya tidak tepat dan sudah tercemar bakteri.

Ganggu otak bayi
Ginjal bayi 0-6 bulan belum berfungsi dengan baik, sehingga jika ia diberi air putih maka air seni akan membawa serta elektrolit dalam darah, misalnya natrium, yang sebenarnya berguna bagi tubuh. Jika kekurangan zat itu, bayi berisiko mengalami kejang. Semakin banyak elektrolit yang "terbuang", semakin banyak risiko negatif yang dapat dialami. Alhasil, kalau bayi mengeluarkan banyak elektrolit dari semua organ tubuhnya, baik jantung, ginjal atau paru, temasuk otak, maka aktivitas otak dapat terganggu. Gejalanya, bisa berupa suhu tubuh rendah hingga kejang-kejang.

Merusak ginjal
Bahaya lain bila bayi diberi air putih yaitu merusak ginjal. Fungsi ginjal sebagai pengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh belumlah sempurna pada bayi usia 0—6 bulan. Memang pada usia kehamilan 35 minggu, ginjal bayi sudah terbentuk, tapi belum berfungsi dengan baik. Begitu pun setelah bayi lahir. Walau bentuk ginjal sudah sempurna. Hal ini bertahan hingga usia bayi 6 bulan.

Lain halnya pada anak dan orang dewasa, ginjal sudah mengatur asupan cairan masuk dengan yang dikeluarkan. Misal, kalau banyak minum, ginjal akan mengatur sehingga berkemihnya sering. Atau pada saat hawa dingin, akan lebih sering buang air kecil. Sebaliknya, pada cuaca panas, kita cenderung lebih jarang buang air kecil.

Intinya, ginjal mengatur keseimbangan cairan/elektrolit dalam tubuh, semisal natrium, kalsium, dan lainnya. Tapi jika kejadiannya saat ginjal belum sempurna kerjanya sudah diberi air putih, tubuh bayi akan kelebihan air atau "keracunan" air. Karena air yang masuk tidak bisa diseimbangkan dengan yang dikeluarkan.

Keracunan
Memang benar bayi harus cukup minum, tapi bukan minum air putih lo. Sebab bayi usia 6 bulan ke bawah minum air putih justru akan merugikan si bayi itu sendiri. Penelitian Dr. Jennifer Anders darijohn Hopkins Children's Center di Baltimore Amerika Serikat membuktikan, pemberian air pada bayi di bawah enam bulan berisiko mengakibatkan keracunan (intoksikasi).

Menurut Jeniffer, secara naluriah bayi memiliki refleks haus atau keinginan untuk minum. Karena itu, banyak orangtua yang memberikan bayinya tambahan air putih selain ASI. Padahal, ginjal si kecil belum berfungsi dengan baik. Akibatnya, air putih yang diminumnya itu dapat membuat tubuhnya melepaskan sodium (mineral yang dibutuhkan untuk proses metabolisme tubuh).

Padahal, kehilangan sodium dapat memengaruhi aktivitas otak. Ujungujungnya, bayi akan mengalami gejala keracunan, di antaranya suhu tubuh rendah, wajah membengkak dan bahkan kejang-kejang. Lantaran itu, Jennifer menegaskan, bayi yang minum ASI tidak perlu mengonsumsi air putih. Untuk bayi 0—6 bulan cukup ASI.

Sumber: Kompas.com

Pengertian Shaken Baby Syndrome dan Akibatnya

Banyak orang tua yang senang mengayun bayi untuk menghentikan tangisannya. Tapi taukah Bunda jika guncangan pada bayi bisa menimbulkan terjadinya Baby Shaken Syndrome (SBS) yang bisa merusak saraf otak dan penglihatannya?

 

Pengertian Shaken Baby Syndrome dan Akibatnya

Centers of Disease Control and Prevention dalam situsnya www.cdc.govmendefinisikan Baby Shaken Syndrome sebagai bentuk trauma keras pada kepala (abusive head trauma) dan bentuk luka traumatik otak yang diakibatkan perbuatan orang lain secara sengaja (inflicted traumatic brain injury).

SBS bisa terjadi secara alami karena pergerakan bayi. Namun seringnya diakibatkan oleh tindakan orang dewasa yang mengguncang bayi secara keras dengan tangan maupun kaki. Aktivitas mengguncang bayi masuk dalam ketegori kekerasan pada anak.

David Perlstein, MD, MBA, FAAP dalam www.medicinenet.com memaparkan beberapa akibat yang ditimbulkan oleh SBS:

1. Pendarahan pada otak

2. Kerusakan retina

3. Kerusakan syaraf (yang umumnya bersifat permanen)

4. Kebutaan

5. Cidera pada leher dan tulang belakang.

Akibat paling fatal dari SBS adalah kematian, umumnya di alami bayi dengan usia 3-8 bulan. Di Indonesia, data gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh SBS belumlah ada, nampaknya belum ada yang mencoba melakukan survei. Sebagai perbandingan, Shaken Baby Syndrome menjadi penyumbang 10%-12% kematian bayi di Amerika.

 

Kebiasaan Orang Tua yang Berpotensi Menyebabkan SBS

Di Indonesia khususnya, ada banyak kebiasaan orang tua yang berpotensi memberikan guncangan pada bayi dan bisa menjadi penyebab SBS. Silakan ditambahkan jika Anda menemukan yang lain.

1. Menaruh bayi di ayunan

Membuat ayunan bayi menjadi tradisi yang diwariskan turun terumurun di Indonesia. Pertanyaan sederhana, apa kebiasaan ibu atau pengasuh saat mendapati bayinya menangis di ayunan?

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa saat bayi menangis di ayunan, orang tua atau pengasuh justru mengayun lebih keras.

2. Mengguncang saat menggendong

Aksi mengguncang bayi dalam gendongan biasa dilakukan ibu. Ada beragam alasan seperti membuat bayi tertawa atau menghentingan tangisan. Beberapa pengasuh bayi juga terbiasa melakukannya.

Jika menggunakan jasa pengasuh, penting kiranya memberi pengertian pada mereka mengenai bahaya mengayun bayi baik dalam ayunan maupun gendongan.

3. Mengguncang bayi dengan tangan atau kaki

Tangisan bayi seringkali membuat banyak orang tua marah dan frustasi. Saat stress orang cenderung bertindak anarkis. Contoh yang kerap dijumpai di masyarakat saat bayi menangis adalah membentak sembari mengguncang keras tubuh bayi dengan tangan. Beberapa bahkan mengguncang dengan kaki (menyepak) karena tidak bisa mengontrol emosi.

Berlaku kasar hanya akan memperkeras tangisannya. Tidak berhenti di sana, efek samping mengayun bayi adalah timbulnya Shaken Baby Syndrome jika guncangan tersebut sampai menyebabkan luka pada otak traumatik. Anak adalah anugerah, adalah penting belajar mengontrol emosi dalam merawat buat hati untuk bisa memberikan pengasuhan terbaik.

4. Bermain dengan melempar bayi ke udara

Ini biasa dilakukan para ayah saat mengajak bayinya bercanda dengan melempar bayi ke udara. Beberapa bayi akan tertawa diperlakukan seperti ini. Alih-alih membuatnya tertawa, jika tanpa sengaja dilakukan dengan cukup keras, guncangan yang ditimbulkan justru bisa membahayakan mereka.

 

Gejala Shaken Baby Syndrome

Luka otak akibat SBS tidak mudah diketahui karena tidak memperlihatkan luka seperti memar karena terjatuh atau terbentur. Untuk membantu mengidentifikasi gangguan tersebut, berikut ini beberapa gejala pada bayi yang mengalami SBS sebagaimana dilansir www.mayoclinic.com.

1. Kesulitan bernafas

2. Muntah

3. Susah makan dan melemahnya daya isap pada saat diberi ASI

4. Warna kulit pucat kebiruan

5. Kejang

6. Menggigil berlebihan (tremor)

7. Kemunduran perkembangan seperti susah terjaga

8. Menangis keras dan melengking cukup lama

9. Lumpuh

10. Koma

Meski ayunan yang pelan relatif tidak berbahaya, kita tidak pernah benar-benar tahu seberapa besar dampak mengayun bayi karena organ mereka memang masih sensitif. Ayunan dan guncangan efeknya bisa sama seperti benturan keras pada orang dewasa dalam sebuah kecelakaan mobil.

Menangis adalah sifat alami bayi. Kebiasaan mengayun bayi dengan keras, membentak dan mengguncang dengan tangan atau kaki, dan beragam perilaku kasar lainnya hanya akan membuat tangisan semakin keras.

Ada banyak faktor penyebab bayi menangis seperti lapar, haus, gerah, gatal, sakit, popok basah, kaget, dan masih banyak lagi. Pahami penyebabnya agar lebih mudah menghentikan tangisnya.

Tentu Bunda tak ingin tangisan bayi bertambah kencang dan semakin frustasi bukan? Coba baca artikel tentang cara menenangkan bayi yang menangis, barangkali bisa membantu Bunda mengatasi buah hati yang rewel.


Sumber: bunda.co

Tuesday 8 December 2015

Rekomendasi Imunisasi Lanjutan

Beberapa rekomendasi untuk imunisasi lanjutan yang terlambat akan dibahas dalam tulisan berikut.

BCG

Imunisasi BCG sebaiknya pertamakali diberikan pada saat bayi berusia 2-3 bulan. Pemberian BCG pada bayi beruisa < 2 bulan akan meningkatkan risiko terkena penyakit tuberkulosis karena daya tahan tubuh bayi yang belum matang. Apabila bayi telah berusia > 3 bulan dan belum mendapatkan imunisasi BCG, maka harus dilakukan uji tuberkulin (tes mantoux dengan PPD2TU/PPDRT23) terlebih dulu. Bila hasilnya negatif, imunisasi BCG dapat diberikan. Imunisasi BCG tidak membutuhkan booster.

Hepatitis B

Idealnya dosis pertama imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir (jika memungkinkan < 12 jam), kemudian dilanjutkan dengan interval 4 minggu dari dosis pertama. Interval imunisasi kedua dan ketiga yang dianjurkan adalah 5 bulan, namun pada kondisi tertentu interval minimalnya adalah 2 bulan. Apabila sang anak belum mendapatkan imunisasi hepatitis B semasa bayi, maka imunisasi hepatitis B tersebut dapat diberikan kapan saja, sesegera mungkin, tanpa harus memeriksakan kadar AntiHBs-nya. Kecuali, jika sang ibu memiliki hepatitis B ataupun sang anak pernah menderita penyakit kuning, maka ia dianjurkan untuk memeriksakan kadar HBsAg dan antiHBs terlebih dahulu.

Diptheria, Pertusis, dan Tetanus (DPT)

Pemberian imunisasi DPT seharusnya diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar dan dilanjutkan dengan 1 kali booster dengan jarak 1 tahun setelah DPT yang ketiga. Pada usia 5 tahun (sebelum masuk SD), anak perlu mendapatkan imunisasi DPT kembali (DPaT/Tdap) dan pada usia 12 tahun diberikan imunisasi Td. Pada wanita, sebelum ia menikah dan saat ia hamil, dianjurkan untuk mendapatkan imunisasi TT masing-masing 1 kali untuk mencegah penyakit tetanus neonatorum (tetanus pada bayi).

Imunisasi DPT yang terlambat diberikan, dapat langsung dilanjutkan sesuai jadwal tanpa harus mengulang dari awal berapapun lamanya keterlambatan tersebut. Dan bila anak Anda belum pernah mendapatkan imunisasi dasar DPT saat bayi, maka imunisasi dasar DPT dapat diberikan pada usia anak sesuai jumlah dan interval yang seharusnya. Bagaimana dengan pemberian imunisasi DPT keempatnya? Imunisasi DPT keempatnya tetap diberikan dengan jarak 1 tahun dari yang ketiga, dengan catatan sebagai berikut:

  • Bila imunisasi DPT keempat diberikan sebelum ulang tahun keempatnya, maka pemberian imunisasi DPT kelima dapat diberikan sesuai jadwal, paling cepat 6 bulan sesudahnya.
  • Bila imunisasi DPT keempat diberikan setelah ulang tahun keempatnya, makan pemberian imunisasi DPT kelima tidak diperlukan lagi.

Polio

Ada dua macam imunisasi polio yang tersedia:

  • Imunisasi polio oral (OPV) dengan jadwal pemberian: saat lahir, usia 2, 4, 6, dan 18 bulan
  • Imunisasi polio suntik (IPV) dengan jadwal pemberian: usia 2, 4, 6, 18 bulan dan 6 – 8 tahun

Bila imunisasi polio terlambat diberikan, Anda tidak perlu mengulang pemberiannya dari awal lagi. Cukup melanjutkan dan melengkapinya sesuai jadwal.

 

CAMPAKcatch up

Imunisasi campak sebaiknya diberikan pada bayi berusia 9 bulan. Dosis penguatannya diberikan kembali pada saat anak bersekolah di Sekolah Dasar. Pada program PIN (Pekan Imunisasi Nasional), terkadang dilakukan imunisasi campak pula yang bertujuan sebagai penguatan (strengthening) untuk mencakup sekitar 5% individu yang diperkirakan belum membentuk kekebalan yang cukup baik saat diimunisasi terdahulu.

Bila anak Anda terlambat mendapatkan imunisasi campak, segera berikan kapan pun saat Anda membawa anak anda ke dokter, selama sang anak berusia 9-12 bulan. Namun, bila anak Anda telah berusia lebih dari 1 tahun, Anda dapat memberikannya langsung imunisasi MMR.

Measles, Mumps, dan Rubella (MMR)

Imunisasi MMR diberikan pada saat anak berusia 15-18 bulan dengan jarak minimal dengan imunisasi campak 6 bulan. Imunisasi MMR merupakan imunisasi dengan virus hidup yang dilemahkan, sehingga harus diberikan dalam kondisi anak yang sehat dan dengan jarak minimal 1 bulan sebelum atau sesudah penyuntikan imunisasi lain. Booster perlu diberikan saat anak berusia 6 tahun. Bila lewat 6 tahun dan belum juga mendapatkannya, berikan imunisasi campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya, berikan imunisasi campak 2 kali ATAU MMR 2 kali.

Haemophillus Influenzae B (HIB)

Mirip dengan imunisasi DPT, imunisasi HIB juga diberikan pada bayi berusia 2,4, dan 6 bulan, kemudian diulang pada usia 18 bulan. Oleh karenanya, imunisasi HiB seringkali diberikan dalam bentuk imunisasi kombinasi (Combo). Bila anak Anda telah berusia 1-5 tahun dan belum pernah mendapatkannya, imunisasi HIB ini hanya perlu diberikan 1 kali. Sedangkan bila ia telah berusia 5 tahun dan belum pernah mendapatkannya, maka imunisasi ini tidak diperlukan lagi, karena penyakit ini hanya menyerang anak-anak berusia dibawah 5 tahun.

PCV

Tidak seperti imunisasi yang lain, jadwal kejar imunisasi terhadap pneumokokus ini diberikan tergantung usia bayi/anak Anda. Bila bayi/anak Anda terlambat mendapatkannya, maka jadwal imunisasi pneumokokusnya adalah sebagai berikut:

Usia bayi/anak             Jumlah dosis & jarak pemberian         Lanjutan

2 – 6 bulan                  3 dosis, dengan jarak 6-8 minggu       ulangan 1 dosis, usia 12-15 bulan

7 – 11 bulan                2 dosis, dengan jarak 6-8 minggu       ulangan 1 dosis, usia 12-15 bulan

12 – 23 bulan              2 dosis, dengan jarak 6-8 minggu

>24 bulan                    1 dosis

 

Rotavirus

Ada dua imunisasi Rotavirus yang terdapat di Indonesia:

  • Rotateq: diberikan 3 dosis, dosis pertama pada usia 6-14 minggu, yang kedua: 4-8 minggu kemudian, yang ketiga: maksimal pada usia 8 bulan
  • Rotarix: diberikan 2 dosis, dosis pertama pada usia 10 minggu, yang kedua: usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan)

Apabila bayi Anda belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka imunisasi ini tidak perlu diberikan lagi.

Influenza

Imunisasi influenza diberikan sesuai usia bayi/anak Anda. Dosisnya cukup diberikan separuh dosis dewasa (0,25 mL) pada mereka yang berusia 6 – 35 bulan (< 3 tahun). Pemberian satu dosis dewasa pada bayi/anak-anak tidak menimbulkan masalah atau efek apapun, dan sebaliknya, tidak pula memberikan manfaat yang lebih. Setelah anak berusia 3 tahun, maka dosisnya sama dengan dosis dewasa.

Pemberian imunisasi influenza yang pertama kali harus dilakukan 2 kali dengan jarak diantaranya 4 – 6 minggu pada bayi hingga anak berusia < 8 tahun. Untuk tahun-tahun berikutnya, pemberiannya cukup satu kali setahun. Namun, pada anak berusia 9 tahun atau lebih, cukup diberikan satu kali setahun dan diulang setiap tahun.

Varisela

Imunisasi varisela diberikan hanya 1 kali pada anak berusia > 1 tahun. Untuk anak berusia > 13 tahun atau pada usia dewasa, imunisasi ini diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu. Apabila terlambat, imunisasi ini bisa diberikan kapan saja bahkan hingga usia dewasa.

Hepatitis A dan Tifoid

Imunisasi hepatitis A dan tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun. Imunisasi hepatitis A diberikan sebanyak 2 dosis dengan jarak 6 – 12 bulan. Pemberian imunisasi hepatitis A ini hanya dilakukan satu kali (2 dosis) ini seumur hidup. Sedangkan imunisasi tifoid hanya diberikan satu dosis, namun perlu diulang setiap 3 tahunnya. Kalau anak Anda terlambat mendapatkannya, maka keduanya dapat diberikan kapan saja hingga usia dewasa.

Human Papilloma Virus (HPV)

Imunisasi HPV diberikan sejak anak berusia 10 tahun, dan terbaik diberikan sebelum anak Anda menikah/berhubungan seksual pertama kali. Imunisasi ini diberikan 3 dosis yaitu bulan ke-0,1,6 bulan (Cervarix) atau bulan ke-0,2,6 bulan (Gardasil).

Imunisasi sebaiknya telah dilengkapi pemberiannya pada masa remaja, sehingga pada saat anak beranjak remaja akhir dan dewasa, tubuhnya telah memiliki semua perlindungan yang diperlukannya terhadap berbagai penyakit-penyakit menular yang berisiko tinggi. Apabila Anda tidak ingat akan status imunisasi anak Anda dan tidak memiliki catatan imunisasinya, maka anak Anda harus dianggap belum pernah diimunisasi dan harus memulainya kembali sesuai jadwal.

Sumber: doktermeta.blog

Friday 6 November 2015

Aku Bukanlah Suatu Kebetulan

"Aku adalah Penciptamu. Engkau ada dalam pemeliharaanKu, bahkan sebelum engkau dilahirkan." YES 44:2A

Jauh sebelum aku dikandung orang tuaku, aku telah dikandung dalam pikiran Tuhan. Ia memikirkan aku lebih dahulu. Bukan takdir, kesempatan, keberuntungan dan kebetulan jika saat ini aku bernapas. Tuhan merancang setiap bagian dari tubuhku. Dengan sengaja Ia memilih ras, warna kulit dan setiap ciri lainnya. Ia juga menciptakan talenta-talenta alami yang aku miliki dan keunikan kepribadianku. Ia telah merancang hari-hari kehidupanku lebih dahulu, memilih tanggal yang tepat untuk kelahiran dan kematianku. Tuhan  juga merencanakan dimana aku akan dilahirkan, menetapkan bagaimana aku dilahirkan dan dimana aku tinggal untuk tujuanNya.

 "MataMu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun daripadanya."  Mazmur 139:16

Foto-foto USG bayiku.


Tuesday 3 March 2015

Pregnancy fatigue begins: Part 1

Begitu tau hamil, saya masih banyak makan.. Malah nafsu banget, biarpun ga nimbang, saya merasa kalau saya nambah BB sekitar 1kg. Terakhir cek di obygyn sih berat saya 62kg. Berarti naik 1kg setalah menikah. Biarpun makan banyak, saya merasa kurang bertenaga. Pegal, lemas. Begitulah bagai orang masuk angin.. Saya minum asam folat (folac) dan obat penguat kandungan (ultrogestan) itu yang diberikan obygyn pertama itu. Tapi saya masih merasa kurang yaa. Saya butuh penambah darah. Saya mau beli Sangobion, tapi pengen konsultasi dulu ke dokter, biarpun di kemasan Sangobion itu sendiri ga ada tulisan larangan untuk wanita hamil dan malah ada tulisan kandungan asam folat. Karena saya males balik lagi ke obygyn (antara males dan duit lagi), sebulan setelah cek kandungan di RS Tambak, saya ke bidan di puskesmas terdekat, di puskesmas Cempaka Putih. Itu pertama kali saya ke puskesmas, jadi saya minta temani suami. Saat disana, saya langsung daftar bidan dan harus langsung bayar. Biayanya?? 3000 ajahhh. Itu juga karena saya ga punya BPJS. Kalau punya, gratis x ya.. Mungkinnnn. Puskesmasnya sih cukup bersih dan luas, 3 lantai, ga seperti puskesmas lain yang saya lihat dan bayangkan sebelumnya. Cuma yaitu, rame! Saya ga suka karamaian. Begitu naik ke lantai khusus kandungan, BB dan TD saya dicek oleh suster. Persis seperti di RS Tambak sebelumnya. Dan saya dikasih buku ibu hamil. Covernya warna pink gitu, dan harus dibawa kemanapun saya cek kandungan. Saya jadi ingat, koq di RS Tambak kemarin saya ga dikasih buku ibu hamil ya.. Yawdlah, next visit saya akan tanya buku hamilnya.

Begitu masuk ruangan, ada si ibu bidan, dengan nama Ibu Muchniar, dengan 1 asisten sedang duduk, ibu bidan tanya keluhan saya. Lalu 1 asisten lainnya langsung menyuruh saya berbaring dan mengecek perut saya dengan tangan tanpa alat. Si ibu bidan tetap duduk ditempat sambil mencaatat sesuatu. Tadinya si asisten itu mau pakai alat pemeriksa jantung baby itu loh.. Tapi kata si ibu bidan, 'apa yang mau didengar, baru 8 minggu..'. Jadi si asisten cuma memegang perut saya. Setelah itu, saya diberi resep vitamin yang harus diambil di apotik puskesma lantai 1. Ada juga resep bitamin, entah apa itu, yang haris ditebus di apotik k24 Cempaka Putih. Sempat mikir, kenapa harus disitu, tapi yawdlah ya. Saya kan belum pernah nebus obat di apotik puskesmas, jadi banyak tanya ini itu. Kata petugasnya, taruh aja resepnya, nanti namanya dipanggil. Saya udah menyiapkan duit sih, tapi mikir pasti harga obat dan vitaminnya ga mahal, kan ini puskesmas.. Begitu nama saya dipanggil, saya diberi tahu ini obat apa dan cara pemakaiannya. Lalu memberikannya ke tangan saya. Ternyata gretong ya bokkk. Norak yaaa gw.. Yg diberikan itu asam folat, penambah darah dan kalsium. Tanpa merk. Cuma tulisan asam folat, penambah darah, kalsium.. Itu pasti obat generik kannn... Nah karena saya tetap takut minum vitamin tanpa merk itu.. Maklum saya belum pernah minum vitamin tanpa merk.. Saya minum penambah darahnya aja. Saya pikir bentuknya persis seperti Sangobion. Dannn yang saya rasakan saya setelah minum itu agak segar dikit, biarpun masih keliyengan.

Hari berlalu, saya mulai berasa tambah mual.. Ga nafsu makan. Saya sudah tebus vitamin yang diberikan bidan, tapi setiap minum itu malah tambah mual, bahkan muntah. Tiap cium bau makanan, eneg. Dipaksa makan, muntah. Akhirnya saya rencana ke obygyn yang berbeda.. Setelah googling dan tanya teman tentang obygyn yang bagus, saya mendapat satu nama. Dia praktek di RS YPK Menteng dan RS Carolus. Karena RS Carolus itu dekat banget dengan kostan saya, saya pilih RS Carolus. Karena ga ngerti, saya ga pakai daftar dulu. Saya cek itu dokter prakterk hari apa dan jam berapa. Langsung saya datang di hari dan jam itu. Begitu sampai sana, saya berniat daftar dan kata petugas pendaftaran, ibu harus menelpon dulu untuk daftar seminggu sebelumnya karena pasien hanya dibatasi 30 orang.. Dan ini sudah full. Nah loh.. Iya yah.. Kalau di RS Tambak kemarin kan saya datang ke obygyn mana saja yang available. Kalau ini, saya maunya dokter itu dan dokter itu sudah penuh begitu saya datang. Tapi karena saya sudah terlanjur datang, saya dikasih kesempatan dan diberi nomor tambahan, nomor 31! Sedangkan begitu antri, itu baru nomor 15. Zzz.. Karena salah saya, yawd saya sabar menunggu dari jam 6:30 sampai 10 baru dipanggil. Syabaaar kakakkk.. Mana saya sendiri karena suami masih ada rapat. Suami bilang mau nyusul. Pas banget, suami dateng, saya dipanggil.. Nah ketemu deh dengan dokternya..

To be continued..