Tuesday, 8 December 2015

Rekomendasi Imunisasi Lanjutan

Beberapa rekomendasi untuk imunisasi lanjutan yang terlambat akan dibahas dalam tulisan berikut.

BCG

Imunisasi BCG sebaiknya pertamakali diberikan pada saat bayi berusia 2-3 bulan. Pemberian BCG pada bayi beruisa < 2 bulan akan meningkatkan risiko terkena penyakit tuberkulosis karena daya tahan tubuh bayi yang belum matang. Apabila bayi telah berusia > 3 bulan dan belum mendapatkan imunisasi BCG, maka harus dilakukan uji tuberkulin (tes mantoux dengan PPD2TU/PPDRT23) terlebih dulu. Bila hasilnya negatif, imunisasi BCG dapat diberikan. Imunisasi BCG tidak membutuhkan booster.

Hepatitis B

Idealnya dosis pertama imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir (jika memungkinkan < 12 jam), kemudian dilanjutkan dengan interval 4 minggu dari dosis pertama. Interval imunisasi kedua dan ketiga yang dianjurkan adalah 5 bulan, namun pada kondisi tertentu interval minimalnya adalah 2 bulan. Apabila sang anak belum mendapatkan imunisasi hepatitis B semasa bayi, maka imunisasi hepatitis B tersebut dapat diberikan kapan saja, sesegera mungkin, tanpa harus memeriksakan kadar AntiHBs-nya. Kecuali, jika sang ibu memiliki hepatitis B ataupun sang anak pernah menderita penyakit kuning, maka ia dianjurkan untuk memeriksakan kadar HBsAg dan antiHBs terlebih dahulu.

Diptheria, Pertusis, dan Tetanus (DPT)

Pemberian imunisasi DPT seharusnya diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar dan dilanjutkan dengan 1 kali booster dengan jarak 1 tahun setelah DPT yang ketiga. Pada usia 5 tahun (sebelum masuk SD), anak perlu mendapatkan imunisasi DPT kembali (DPaT/Tdap) dan pada usia 12 tahun diberikan imunisasi Td. Pada wanita, sebelum ia menikah dan saat ia hamil, dianjurkan untuk mendapatkan imunisasi TT masing-masing 1 kali untuk mencegah penyakit tetanus neonatorum (tetanus pada bayi).

Imunisasi DPT yang terlambat diberikan, dapat langsung dilanjutkan sesuai jadwal tanpa harus mengulang dari awal berapapun lamanya keterlambatan tersebut. Dan bila anak Anda belum pernah mendapatkan imunisasi dasar DPT saat bayi, maka imunisasi dasar DPT dapat diberikan pada usia anak sesuai jumlah dan interval yang seharusnya. Bagaimana dengan pemberian imunisasi DPT keempatnya? Imunisasi DPT keempatnya tetap diberikan dengan jarak 1 tahun dari yang ketiga, dengan catatan sebagai berikut:

  • Bila imunisasi DPT keempat diberikan sebelum ulang tahun keempatnya, maka pemberian imunisasi DPT kelima dapat diberikan sesuai jadwal, paling cepat 6 bulan sesudahnya.
  • Bila imunisasi DPT keempat diberikan setelah ulang tahun keempatnya, makan pemberian imunisasi DPT kelima tidak diperlukan lagi.

Polio

Ada dua macam imunisasi polio yang tersedia:

  • Imunisasi polio oral (OPV) dengan jadwal pemberian: saat lahir, usia 2, 4, 6, dan 18 bulan
  • Imunisasi polio suntik (IPV) dengan jadwal pemberian: usia 2, 4, 6, 18 bulan dan 6 – 8 tahun

Bila imunisasi polio terlambat diberikan, Anda tidak perlu mengulang pemberiannya dari awal lagi. Cukup melanjutkan dan melengkapinya sesuai jadwal.

 

CAMPAKcatch up

Imunisasi campak sebaiknya diberikan pada bayi berusia 9 bulan. Dosis penguatannya diberikan kembali pada saat anak bersekolah di Sekolah Dasar. Pada program PIN (Pekan Imunisasi Nasional), terkadang dilakukan imunisasi campak pula yang bertujuan sebagai penguatan (strengthening) untuk mencakup sekitar 5% individu yang diperkirakan belum membentuk kekebalan yang cukup baik saat diimunisasi terdahulu.

Bila anak Anda terlambat mendapatkan imunisasi campak, segera berikan kapan pun saat Anda membawa anak anda ke dokter, selama sang anak berusia 9-12 bulan. Namun, bila anak Anda telah berusia lebih dari 1 tahun, Anda dapat memberikannya langsung imunisasi MMR.

Measles, Mumps, dan Rubella (MMR)

Imunisasi MMR diberikan pada saat anak berusia 15-18 bulan dengan jarak minimal dengan imunisasi campak 6 bulan. Imunisasi MMR merupakan imunisasi dengan virus hidup yang dilemahkan, sehingga harus diberikan dalam kondisi anak yang sehat dan dengan jarak minimal 1 bulan sebelum atau sesudah penyuntikan imunisasi lain. Booster perlu diberikan saat anak berusia 6 tahun. Bila lewat 6 tahun dan belum juga mendapatkannya, berikan imunisasi campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya, berikan imunisasi campak 2 kali ATAU MMR 2 kali.

Haemophillus Influenzae B (HIB)

Mirip dengan imunisasi DPT, imunisasi HIB juga diberikan pada bayi berusia 2,4, dan 6 bulan, kemudian diulang pada usia 18 bulan. Oleh karenanya, imunisasi HiB seringkali diberikan dalam bentuk imunisasi kombinasi (Combo). Bila anak Anda telah berusia 1-5 tahun dan belum pernah mendapatkannya, imunisasi HIB ini hanya perlu diberikan 1 kali. Sedangkan bila ia telah berusia 5 tahun dan belum pernah mendapatkannya, maka imunisasi ini tidak diperlukan lagi, karena penyakit ini hanya menyerang anak-anak berusia dibawah 5 tahun.

PCV

Tidak seperti imunisasi yang lain, jadwal kejar imunisasi terhadap pneumokokus ini diberikan tergantung usia bayi/anak Anda. Bila bayi/anak Anda terlambat mendapatkannya, maka jadwal imunisasi pneumokokusnya adalah sebagai berikut:

Usia bayi/anak             Jumlah dosis & jarak pemberian         Lanjutan

2 – 6 bulan                  3 dosis, dengan jarak 6-8 minggu       ulangan 1 dosis, usia 12-15 bulan

7 – 11 bulan                2 dosis, dengan jarak 6-8 minggu       ulangan 1 dosis, usia 12-15 bulan

12 – 23 bulan              2 dosis, dengan jarak 6-8 minggu

>24 bulan                    1 dosis

 

Rotavirus

Ada dua imunisasi Rotavirus yang terdapat di Indonesia:

  • Rotateq: diberikan 3 dosis, dosis pertama pada usia 6-14 minggu, yang kedua: 4-8 minggu kemudian, yang ketiga: maksimal pada usia 8 bulan
  • Rotarix: diberikan 2 dosis, dosis pertama pada usia 10 minggu, yang kedua: usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan)

Apabila bayi Anda belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka imunisasi ini tidak perlu diberikan lagi.

Influenza

Imunisasi influenza diberikan sesuai usia bayi/anak Anda. Dosisnya cukup diberikan separuh dosis dewasa (0,25 mL) pada mereka yang berusia 6 – 35 bulan (< 3 tahun). Pemberian satu dosis dewasa pada bayi/anak-anak tidak menimbulkan masalah atau efek apapun, dan sebaliknya, tidak pula memberikan manfaat yang lebih. Setelah anak berusia 3 tahun, maka dosisnya sama dengan dosis dewasa.

Pemberian imunisasi influenza yang pertama kali harus dilakukan 2 kali dengan jarak diantaranya 4 – 6 minggu pada bayi hingga anak berusia < 8 tahun. Untuk tahun-tahun berikutnya, pemberiannya cukup satu kali setahun. Namun, pada anak berusia 9 tahun atau lebih, cukup diberikan satu kali setahun dan diulang setiap tahun.

Varisela

Imunisasi varisela diberikan hanya 1 kali pada anak berusia > 1 tahun. Untuk anak berusia > 13 tahun atau pada usia dewasa, imunisasi ini diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu. Apabila terlambat, imunisasi ini bisa diberikan kapan saja bahkan hingga usia dewasa.

Hepatitis A dan Tifoid

Imunisasi hepatitis A dan tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun. Imunisasi hepatitis A diberikan sebanyak 2 dosis dengan jarak 6 – 12 bulan. Pemberian imunisasi hepatitis A ini hanya dilakukan satu kali (2 dosis) ini seumur hidup. Sedangkan imunisasi tifoid hanya diberikan satu dosis, namun perlu diulang setiap 3 tahunnya. Kalau anak Anda terlambat mendapatkannya, maka keduanya dapat diberikan kapan saja hingga usia dewasa.

Human Papilloma Virus (HPV)

Imunisasi HPV diberikan sejak anak berusia 10 tahun, dan terbaik diberikan sebelum anak Anda menikah/berhubungan seksual pertama kali. Imunisasi ini diberikan 3 dosis yaitu bulan ke-0,1,6 bulan (Cervarix) atau bulan ke-0,2,6 bulan (Gardasil).

Imunisasi sebaiknya telah dilengkapi pemberiannya pada masa remaja, sehingga pada saat anak beranjak remaja akhir dan dewasa, tubuhnya telah memiliki semua perlindungan yang diperlukannya terhadap berbagai penyakit-penyakit menular yang berisiko tinggi. Apabila Anda tidak ingat akan status imunisasi anak Anda dan tidak memiliki catatan imunisasinya, maka anak Anda harus dianggap belum pernah diimunisasi dan harus memulainya kembali sesuai jadwal.

Sumber: doktermeta.blog

No comments:

Post a Comment