Seperti kebanyakan pasutri baru lainnya, pasti ingin sekali punya anak begitu menikah. Biarpun ada juga yang sengaja menunda dengan alasan tertentu. Sebagai pasangan yang sudah lama banget pacaran, 7 tahun lebih, saya dan suami saya pengen banget langsung punya anak. Nah, mulai saat itu saya rajin cari info dari manapun bagaimana caranya supaya cepat hamil. Mulai dari browsing internet, baca, mampir forum bumil, tanya teman dll. Akhirnya setelah mendapat jawaban, cara cepat untuk hamil, yang langsung saya share dengan suami saya dan kami praktekan. Dannn, berhasil! 3 minggu setelah menikah, mertua saya (ayah suami) meninggal. Saat itu, sebagai istri orang Batak Toba, yang masih sarat dengan adat, adat menguburkan orang meninggal pun panjang dan cukup melelahkan. Sebelum itu, memang kami cukup capek bolak-balik RS menjaga mertua yang dirawat disana. Biarpun saya ga pernah menginap di RS, tapi saya jadi lumayan pegal linu karena cukup sering duduk dilantai menemani mertua perempuan yang jaga disana juga. Singkatnya, setelah hari-hari yang melelahkan dari beliau kritis sampai meninggal dan dikubur, saya merasa badan saya capek banget-banget. Dan merasa seperti masuk angin. Saya pikir memang efek dari hari yang melelahkan itu. Akhirnya saya seperti biasa, saya minum tolak angin dan nempel koyo di punggung, macam nenek-nenek. Dan saya juga merasa seperti sakit perut, seperti mau haid padahal baru saja selesai haid. Karena saya dapat info bahwa pasutri yang baru menikah dan berencana punya anak itu harus sehat, saya sudah rajin konsumsi asam folat dari vitamin dan susu saat itu. Saya juga banyak makan buah agar tidak sakit.
Beberapa minggu kemudian, dimana jadwal saya haid, saya belum juga haid. Senang donk.. Jangan-jangan saya hamil. Saya langsung beli testpack dan mencobanya, ternyata garisnya satu (negatif). Syedihhh.. Dan saya berpikir memang telat saja. Seminggu kemudian, tamu bulanan tak kunjung datang. Saya coba beli testpack lagi dengan merk yang sama. Dan zzz... Masih negatif. Saya tanya beberapa teman, teman menyarankan untuk langsung ke obygyn saja. Mereka juga menasehati jangan terlalu stress memikirkan hal punya anak itu, harus dibawa santai. Karena saya takut di PHP-in keadaan, jadi saya ke dokter umum dulu untuk cek kondisi kesehatan saya. Saat itu diperiksa dan diberi resep obat paracetamol. Saya cerita ke dokter, saya curiga kalau saya hamil, biarpun saya sudah testpack hasilnya negatif. Dari situ, dokter menyarankan untuk langsung test urin atau langsung cek ke obygyn. Dokter itu sendiri (perempuan) cerita memang ada beberapa wanita, termasuk dirinya sendiri, baru ketahuan hamil setalah sebulan, 2 bulan usia kandungan dan tidak terdeteksi dari testpack karena kadar HCG dalam urin dia rendah. Supaya pasti, disarankan langsung USG rahim di obygyn. Ok deh. Saya semangat dan mulai pede untuk ke obgygn di hari ke 11. Saya langsung ke RS Tambak karena dekat dengan kost. Tanpa daftar dulu, langsung datang pagi harinya dan daftar pasien baru untuk obgyn mana saja yang available saat itu. Karena sejujurnya... Saya sudah tidak sabar.. Hehe.. Suami saya yang menemani saya santai saja. Saya sudah cerita berkali-kali mungkin saja saya hamil, tapi dia sendiri ga percaya, karena sudah testpack 3x hasilnya negatif. Dari wajah dia sih, ga berharap banget.. Saya tau banget wajah dia klo lagi ngarep itu gimana.
Ga pake nunggu lama, dokternya, yang bernama dr. Priyo Yudhosari, SpOG, baru aja datang, kita sih yang kepagian.. 1 pasien lain masuk ruangan dia. Saya mengisi form pasien baru, cek BB dan TD dibantu oleh suster. Setelah itu kami masuk. Saya cerita singkat ke dokter itu bahwa saya sudah telat haid 10 hari tapi saat ditestpack, hasilnya negatif. Beliaupun menanyakan tanggal terakhir saya haid. Saya langsung disuruh berbaring dan dia bilang untuk cek dengan transvaginal supaya terlihat dengan jelas. Saya iya-iya aja, pokoqnya ngarep aja yang terbaik. Pertama kali merasakan USG Transvaginal, itu.. Discomfort. Alat berbentuk batang yang dilapisi kondom dan gel oleh suster, langsung dimasukkan ke dalam alat kelamin saya.. Yawdlah, kalau memang harus begitu. Dan benar kann... Kata dokter saya hamil! Usia kandungan 4 minggu. Puji Tuhan! Tau ga rasanya.. Emg sudah 5 bulan yang lalu, tapi saya masih ingat jelas betapa bahagianya saya dan saat itu melihat wajah suami saya yang juga begitu bahagia. Antara percaya dan ga percaya. Setelah itu, seperti biasa, dokter memberi uapan selamat dan bilang mungkin memang belum terlihat ditestpack dengan alasan 1. Kadar HCG aku rendah. 2. Testpack yang aku pakai itu produk gagal.. Lahhh.. Testpacknya yang menong koq dan merk terkenal. Ganti 3x pula, biarpun dengan merk yang sama. Kacau donk kalau benar produk gagal.. Jadi saya lebih mengacu ke alasan yang pertama. Memang kadar HCG dalam urin saya rendah dan itu biasa, banyak wanita yang begitu. Dokter menyarankan untuk mengurangi makan pedas, kopi/teh dan memberi resep obat penguat (ultrogestan) dan asam folat (folac). Setelah itu kami membayar di administrasi.. Bokkk, lihat angkanya, kemudian saya hening.. 1.2 juta sajah sodarah-sodarah.. Saat saya lihat kuitansi, yang membuat mahal itu obat penguat. Transvaginal dan asam folat itu sendiri masih wajar menurut saya. Saking bahagianya, suami saya santai dan terkesan tidak peduli, dia langsung mengeluarkan uang dari dompetnya. Kaget juga dia sudah siap dengan uang segitu, saya pikir akan gesek dan kami tidak dicover asuransi manapun. Intinya, kami tidak peduli, karena kebahagiaan mengetahui saya hamil, menyelimuti pikiran kami. Mungkin saat itu saya merasa ga napak tanah saking senangnya (lebay). Setelah ambil resep di apotik, suami langsung mengabarkan mama dia dan mama saya. Saya sendiri langsung sms papa saya. Mereka turut bahagia mendengarnya dan menasehati untuk jaga kesehatan dan jangan terlalu diumbar dulu ke orang banyak.. Siappp! Apa aja deh nasehat orang tua, ikut ajaaa, kali ini nurut, daripada kenapa-kenapa. Nah ini dia.. Masa parno datang..
Ini dian foto hasil USG pertama si bebihhh.. Liat titik ini bagaikan liat 7 keajaiban dunia.. Ga bosen dipandang berhari-hari.. Mamak baru emang lebay..
No comments:
Post a Comment