Monday, 12 August 2013

Googling vendor pernikahan


Udah sempet survey ke beberapa gedung untuk resepsi nasional dan kesan pertama survey adalah kalau gedung itu udah langganan jadi tempat kawinan, biarpun biasa banget tetep aja mahal. Memang tempatnya strategis dan tempat yang strategis emang udah wajib jadi langganan orang kawinan. Jadi intinya, gimana caranya untuk menekan biaya pernikahan yang selangit ya???

Memang pepatah yang mengatakan, ada harga ada barang itu, benar. Momen sekali seumur hidup tidak boleh disia-siakan itu, benar. Tapi perlu kebijaksanaan dalam mengatur biaya pengeluaran dalam pernikahan. Yang penting tsaaahhh, pesta itu urusan nomor 2.

Mumpung masih libur, saya googling sana-sini tentang vendor-vendor pernikahan yang bagus tapi harga terjangkau. Niat banget searching sampai no more result, mulai dari sengaja niat cari dari web, find all images, nyasar di blog orang (ini nyasar yang sangat menguntungkan), membaca review-review orang dengan seksama, melihat-lihat portfolio mereka, terakhir kalau udah mulai tertarik, langsung aja email atau telvon vendornya untuk info dulu. Sejauh ini sih saya belum ada yang sreg. Mama sih udah, malah dia yang semangat banget telvon gedung, catering, cari bahan, dan lain-lain. Setahun lagi loh maaa. Tapi katanya sih ga kerasa, waktu itu berjalan cepat. Kalau ntar-ntar, ga kerasa waktunya udah mepet, nyesel ga bisa milih-milih dengan puas. Bener juga sih..

Yang pasti, ini juga saran dari orang tua. Hal-hal yang saya persiapkan itu (mumpung masih setahun lagi) adalah:

1. buat perkiraan biaya yang keluar
Omongin dulu sama pacar dan orang tua, saweran berapa persen (penting!), dan saya usahain untuk buat budget minimal dan budget maximal. Misalnya saya ada dana 15juta (itu maximal), tapi saya usahakan cuma terpakai 10 juta (itu minimal. Itu untuk jaga-jaga aja, kalau ada pengeluaran tak terduga. Kalau tercover dengan budget minimal, sisanya bisa dipake untuk yang lain. Kalau ternyata ludes dengan budget maximal, ya sudah itu memang sudah dipersiapkan toh.

2. siapin dana tunai
At least 10% dari total biaya keseluruhan (buat DP sana-sini). Kalau dana maximal 15 juta, siap-siap 1.5 juta keluar di awal.

3. pikirin tanggal yang passs dan hari baik 
Kalau emang percaya hari baik. Saya percaya hari dan tanggal baik, bukan dari adat atau dari mana-mana, dari feeling aja :D. Kadang bukan tanggal menentukan gedung, tapi gedung yang menentukan tanggal. Kalau setahun sebelumnya disiapin sih, gedung masih banyak yang kosong ya, ada beberapa perkecualian sih buat gedung yang laku banget)

4. langsung DP venue adat
Kalau seperti saya, pake adat batak, harus buru-buru banget. Terbukti saat saya datang ke venue pilihan, tanggal yang saya mau sudah di DP. Nah, pilihannya 2, saya ganti tanggal atau ganti venue. Akhirnya saya ganti tanggal dan ganti venue juga ujung-ujungnya :D. Gedung di Jakarta yang mau nerima resepsi adat batak itu bisa dihitung dengan jari, jadi ya begitu deh. Tanggal untuk venue resepsi nasional, yang pasti mengikuti tanggal resepsi adat lah.

5. buat perkiraan kasar jumlah tamu untuk adat dan nasional
Sorting tamu mana yang akan diundang di respesi nasional itu penting sebelum memutuskan untuk DP venue, dimana biasanya jumlah tamu harus sesuai dengan luasnya venue. Karena sebagian sudah datang di resepsi adat, ya jadi tamu nasional ga terlalu membludak sih.

Nah, sejauh ini sih nomor 1-3 yang udah dijalanin, sisanya belum. Yang paling bikin pusing sih poin nomor 1 *shocked*. Soal tema dan konsep itu mau kaya gimana, baru mau di googling juga. Minggu depan bang Frans mau DP gedung untuk resepsi adat. Doakeunnn semoga lancar.

Oke saya mau googling-googling lagiii.. Semoga dapat ide yang brilian.

No comments:

Post a Comment