Acara patua hata adalah
kunjungan rombongan keluarga paranak ke rumah parboru dalam jumlah yang lebih
besar untuk menyatakan keinginan melamar anak parboru menjadi menantu. Disebut
patua hata karena semula keinginan dan hubungan itu baru hanya sebatas hubungan
antara pemuda dan pemudi yang kemudian ingin ditingkatkan menjadi dicampuri
oleh pihak orang tua. Berhubung hal ini sudah melibatkan langsung orang tua
kedua belah pihak, tentu semua sudah harus transparan. Patua hata yang
dilaksanakan belakangan ini juga sudah disatukan dengan adat marhusip yang pada
mulanya terpisah dan diperankan kelompok boru. Paranak akan bertanya apakah
calon menantu sudah benar-benar cinta pada anaknya. Pertanyaan itu tidak
langsung dilakukan oleh paranak tetapi melalui boru yang sudah menikah dan
jawabannya akan diumumkan kemudian secara resmi oleh protokol/parsinabul
parboru. Bila pengakuan parboru sudah ada maka acara pun dilanjutkan dengan
membicarakan hasil pembicaraan ketika marhorihori dingding. Suguhan makanan
tradisional disajikan lengkap dengan namargoarnya yang dibawa pihak paranak dan
dengke dari pihak parboru. Kata pembukaan pada acara tersebut adalah:
“Magodang anak pangolihononhon, magodang boru pahutaon”. Sebagai penutup, kedua
calon mempelai wajib diberi arahan agar mereka jangan sampai pernah lagi membat
hubungan asmara dengan pihak lain dimana hal itu sungguh-sunguh tidak
diperbolehkan.
Sumber:
Dr. Paimin Napitupulu, Edison Hutabarat: Pedoman Praktis Upacara Adat Batak
No comments:
Post a Comment